Senin, 30 Desember 2013

Lagu bercerita tentang Indonesia




Zamrud Khatulistiwa
Oleh : Chrisye



Aku Bahagia Hidup Sejahtera Di Khatulistiwa
Alam Berseri-Seri Bunga Beraneka
Mahligai Rama-Rama, Bertajuk Cahya Jingga
Surya Di Cakrawala

S'lalu Berseri Alam Indah Permai Di Khatulistiwa
Persada Senyum Tawa, Hawa Sejuk Nyaman
Wajah Pagi Rupawan Burung Berkicau Ria
Bermandi Embun Surga

Reff;
Syukur Ke Hadirat Yang Maha Pencipta
Atas Anugerah-Nya Tanah Nirmala
Bersuka Cita, Insan Di Persada Yang Aman Sentosa
Damai Makmur Merdeka Di Setiap Masa
Bersyukurlah Kita Semua
( Bersatulah Kita Semua)

S'lalu Berseri, Alam Indah Permai Di Indonesia
Negeri Tali Jiwa Hawa Sejuk Nyaman
Wajah Pagi Rupawan Burung Berkicau Ria
Bermandi Embun Surga

Coda;
Syukur Ke Hadirat Yang Maha Kuasa
Atas Anugerah-Nya Tanah Bijana
Sumber :

Minggu, 29 Desember 2013

BIOGRAFI DEWI SARTIKA


Dewi Sartika

Lahir
4 Desember 1884
Cicalengka, Bandung, Jawa Barat
Meninggal
11 September 1947 (umur 62)
Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
Dikenal karena
Pahlawan Nasional; Perintis pendidikan wanita
Pasangan
Raden Kanduruan Agah Suriawinata

Dewi Sartika dilahirkan di keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dengan Raden Somanagara. Meskipun bertentangan dengan adat waktu itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah Belanda. Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakah ibunya) yang menjadi patih di Cicalengka. Oleh pamannya itu, ia mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda, sementara wawasan kebudayaan Barat didapatkannya dari seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda.

Sedari kecil , Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, beliau sering memperagakan praktik di sekolah, belajar baca-tulis, dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar.

Waktu itu, Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh tahun, ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu kepatihan. Gempar, karena waktu itu belum ada anak (apalagi anak rakyat jelata) yang memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan.
Setelah remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di Bandung. Jiwanya yang telah dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, yang memang memiliki keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang sama dimiliki oleh pamannya, tidak menjadikannya serta merta dapat mewujudkan cita-citanya. Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir. Namun karena kegigihan semangatnya yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.
Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, beliau memiliki visi dan cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika, guru di sekolah Karang Pamulang, yang saat itu merupakan sekolah Latihan Guru.

Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis dan sebagainya, menjadi materi pelajaran saat itu.
Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A. Martenagara, pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang : Dewi Sartika dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo kabupaten Bandung.
Setahun kemudian, 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga kemudian pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi baru ini dibeli Dewi Sartika dengan uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi dari Bupati Bandung. Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, bahasa sundabisa lebih mememenuhi syarat kelengkapan sekolah formal.

Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun 1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakola Kautamaan Istri tinggal tiga atau empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh. Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang berdiri di kota kewedanaan.

Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama menjadi “Sakola Raden Déwi”. Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.
Sumber:

Penyadapan Indonesia yang dilakukan oleh Australia



PENYADAPAN INDONESIA YANG DILAKUKAN OLEH AUSTRALIA

Penyadapan yang dilakukan Australia kepada sejumlah petinggi negara Indonesia dinilai sudah kelewat batas. Diperlukan sikap tegas dari pemerintah untuk merespon aksi penyadapan tersebut, meski diyakini hal itu akan berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian kedua negara.
Namun, sikap tegas itu harus dilakukan. Sebab, aksi nakal pihak negeri Kanguru itu merupakan bentuk pengkhianatan terhadap kerja sama kedua negara. Hal ini sempat ditegaskan Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan di sela-sela kunjungannya ke Surabaya, Jawa Timur, Selasa (19/11).
“Ini adalah pengkhianatan yang dahsyat dan tinggi. Jadi perlu disikapi dan ditindak secara tegas. Bagaimanapun juga, hal semacam ini tidak perlu terjadi dan untuk ke depan bisa menjadi pelajaran,” tegas Gita di Surabaya. Demikian tulis merdeka.com.

Peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat ini juga mengatakan, penyadapan yang dilakukan pihak Australia ini, berakibat terganggunya hubungan bilateral kedua negara. “Penyadapan ini, tentunya akan mengganggu stabilitas kedaulatan perekonomian kedua negara,” ungkap dia.
Ancaman ekonomi yang dimaksud Gita, adalah kerja sama Indonesia-Australia di sektor pertanian dan peternakan. Namun, pihaknya mengaku telah mengukur baik dan tidaknya sikap tegas pemerintah Indonesia itu dilakukan terhadap aksi Australia itu.
“Indonesia bersama Australia menjalin hubungan di berbagai sektor, salah satunya pertanian dan peternakan. Ini yang harus disikapi agar jangan sampai terganggu. Namun, jika terpaksa, pemerintah menyikapinya dengan cara kasar, seperti halnya menghentikan impor sapi. Untuk itu, harus dilihat dulu kesiapan dan kekuatan sapi di dalam negeri,” katanya.
Sumber :
http://www.ayogitabisa.com/berita-gita/penyadapan-australia-pengkhianatan-dahsyat-harus-ditindak-tegas.html?utm_source=merdeka&utm_medium=stories&utm_campaign=ayogitabisa